Jumat, 30 Oktober 2009

Dibalik Kesulitan ada Kemudahan

Mengutip ayat Al-Qur’an Surat Alam Nasyrah 5-6: “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”. Ayat tersebut menjadi inspirasi dikala kesulitan menghadang.

Sebagai PNS yang tugas utamanya mengabdi negara, kesulitan menjadi hal biasa dalam menjalani hidup sehari-hari. Seringkali gaji dan honor hanya cukup untuk sampai tengah bulan, akhir bulan mulai cari utangan sana sini. Namun alhamdulillah, selalu saja ada kemudahan di kala masa sulit melanda.

Pernah suatu ketika, uang tinggal dua ribu rupiah, padahal tanggal baru menunjukkan angka 15, artinya baru setengah bulan. “Mau makan apa kita bun?”, tanyaku pada istri tercinta. “Masih ada sih telor beberapa, dan nasi dua literan lah, cukup sih buat 3-4 hari”, jawab istri. Petunjuk bensin di motor tinggal sepertiga, artinya cuma cukup buat 2 hari ngantor. Kebetulan kantorku hanya berjarak 7 km, jadi PP 14 km per hari. Dengan sedikit harap-harap cemas, aku berangkat ke kantor. Sesampai di kantor, apel pagi seperti biasa, lalu masuk kantor dengan wajah sedikit kusut.

Sedang enak-enaknya mengetik, tiba-tiba aku dipanggil. “Pak, tolong nih tandatangani, ada rapelan honor sedikit buat Bapak dari pekerjaan bulan lalu”, seorang staf TU menghampiri sekaligus menyodorkan berkas untuk ditandatangani. Selesai teken, dia menyodorkan amplop berisi honor yang memang belum dibayarkan. Biasanya memang selalu dirapel, tetapi kerapkali jadwal pembagiannya sering tidak jelas, kadang awal bulan, kadang sudah dua bulan lebih belum keluar, kadang bahkan gak jelas entah kemana!!! Kadang-kadang cuma suruh teken, tapi honornya sudah hilang tak tentu rimbanya. Alhamdulillah, kali ini besarnya lumayan, cukuplah untuk hidup sampai akhir bulan.

Lain waktu, musim kemarau tiba. Air mulai menyusut, termasuk yang mengalir ke rumahku. Biasanya bak air sudah penuh dalam satu jam, kali ini hampir tiga jam baru penuh. Bahkan terakhir malah tidak ada air sama sekali sampai mesin panas dan nyaris terbakar. Langsung saja kupanggil tukang gali ke rumah untuk mencari sumber air baru. “Berapa biayanya Pak?”, tanyaku. “Yah, enam ratus ribu deh, dah sama pipa dan ongkos gali”, jawab sang tukang gali enteng. Duk!! Seperti ada yang memukul kepalaku. Betapa tidak, uang di tabungan dan di kantong tinggal 650 ribu, lagi-lagi tanggal belum mencapai angka 13. Pikir-pikir sejenak,”Ya sudahlah Pak, tolong kerjakan sekarang ya, gak enak sama tetangga minta air terus-terusan”, jawabku spontan. Ya Alloh, semoga amal baik kita bisa membantu memecahkan persoalan ini.

Penggalian telah selesai, airpun mulai mengucur, dan tabungan terkuras untuk membayar tukang, bahkan minta dilebihkan duapuluh ribu, alasannya harga pipa naik. Hmmm, uang tinggal sepuluh ribu, karena aku juga harus menyiapkan makan dan rokok para tukang tersebut. Habis sudah, tinggal cari utangan kanan kiri nih, pikirku.

Seminggu berlalu, belum ada juga tanda-tanda bakal keluar uang, sementara cadangan makanan mulai menipis, dan pinjaman harus segera dilunasi. Sudah malas rasanya kaki melangkah ke kantor, tapi kupaksakan juga menghela motor satu-satunya untuk berangkat. Sampai di kantor, ternyata sudah ada tamu menunggu. “Maaf Pak, saya baru sampai, ada apa?”, tanyaku. “Ini pak, ada titipan honor dari Bapak Amir (bukan nama sebenarnya: pen) sebagai tim teknis waktu pembahasan kemarin di kantor kami (Instansi lain: pen)”. Sekali lagi, Subhanalloh, sujud syukur begitu kubuka amplop titipan tadi. Hutang bisa terbayar, dan hidup aman sampai akhir bulan.

Oleh karena itu yakinlah, apabila kita dalam kesulitan, Alloh Yang Maha Kuasa akan selalu membantu hambaNya, selama hamba tersebut berbuat baik dan ikhlas tanpa pamrih apapun, serta tetap berupaya menjemput rezeki, mengutip ungkapan Aa Gym.

2 komentar: